Kamis, 05 Maret 2020
Daur ulang sampah yang sulit terurai
Ipa jelas 9, Kamis 5 Maret 2020
Manusia dan sampah plastiknya
Bahwa setiap hari manusia menghasilkan sampah sudah tentu disadari oleh semua orang. Namun fakta bahwa 10-15% dari sampah yang dihasilkan tersebut adalah plastik, belum tentu disadari oleh setiap orang. Dalam sebuah laporan disebutkan, lebih dari 200 juta ton plastik diproduksi setiap tahun di seluruh dunia. Dari 200 juta ton, 26 juta ton diproduksi di Amerika Serikat. Di Indonesia, diperkirakan 15.000 ton lebih sampah plastik dihasilkan setiap hari.
Plastik memang sulit dipisahkan dari hidup manusia modern. Sejak diproduksi secara industri pada era 1930-an, plastik digunakan oleh setiap orang mulai sebagai pembungkus makanan, sikat gigi, alat rumah tangga, hingga mobil dan pesawat terbang. Melalui perkembangan teknologi, manusia semakin dimudahkan dan diyakinkan dengan berbagai keunggulan plastik baik dari segi kekuatan, keamanan, kebutuhan energi, dan higinitas.
Namun demikian, jumlah sampah plastik yang fantastis tentu menjadi masalah besar bagi lingkungan. Di Indonesia, Amerika Serikat, dan negara lain yang masih mengandalkan pemusnahan akhir sampah dengan landfill, tumpukan sampah plastik menjadi beban berat karena memerlukan puluhan bahkan ratusan tahun untuk terurai secara alamiah. Sampah plastik yang tidak terangkut ke landfill pun dapat mencemari air, menyebabkan banjir, dan merusak makhluk hidup didalam air.
Membatasi dan mendaur ulang sampah plastik
Sebagai konsumen plastik, tentu setiap orang memiliki tanggung jawab terhadap sampah plastik yang dihasilkannya. Salah satu caranya adalah dengan membatasi dan mendaur ulang sampah plastik.
Jika diperhatikan, sebagian besar sampah plastik yang kita buang adalah wadah bekas makanan dan minuman, kemasan pembersih (termasuk sabun, shampoo, detergen, dll), pembungkus, dan kantong sampah. Terkadang ada juga bekas mainan, dan alat tulis. Membatasi sampah plastik dapat dimulai dengan membiasakan membawa wadah makanan dan minuman sendiri, menggunakan sistem isi ulang (refill), dan membawa kantong belanja yang dapat dipakai berulang kali.
Jika plastik tidak dapat lagi dipakai ulang, mau tidak mau sampah plastik akan dibuang. Selain membuangnya tidak boleh sembarangan, ada lagi cara yang lebih bijak, yaitu memisahkannya dari sampah jenis lain sehingga lebih mudah untuk didaur ulang. Di Indonesia, daur ulang sampah plastik melibatkan para pemulung, yang tentu akan sangat terbantu jika sampah plastik sudah terpilah sejak di sumbernya.
Daur ulang plastik di Indonesia umumnya dilakukan dengan mencacah plastik menjadi bijih plastik dengan bantuan suhu tinggi dan mesin pencacah. Bijih plastik tersebut kemudian menjadi bahan baku dalam proses pembuatan produk plastik lain, misalnya ember, gayung, dan gagang sapu. Proses daur ulang plastik sangat bervariasi, tergantung jenisnya: PET, PE, atau PVC. Pasar daur ulang plastik juga bukan hanya untuk domestik, melainkan juga sudah merambah ke ekspor.
Selain berbasis industri, daur ulang plastik juga dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Dalam lima tahun terakhir, muncul inovasi-inovasi kerajinan dengan bahan baku sampah plastik. Sachet kopi, kemasan isi ulang, bahkan kantong keresek dapat disulap menjadi produk yang cukup trendi di tangan kreatif para pengrajin.
Meskipun terdengar ideal, membatasi dan mendaur ulang sampah plastik pada kenyataannya tidak mampu mengimbangi kecepatan timbulan sampah plastik yang dihasilkan. Kesadaran konsumen dan kesiapan sistem daur ulang dari hulu ke hilir membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk dapat berjalan dengan baik. Di Amerika Serikat, yang sistem daur ulangnya sudah jauh lebih siap saja, US-EPA pada tahun 2003 melaporkan bahwa hanya 5,8% dari 26 juta ton sampah plastik didaur ulang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar